Sabtu, 09 Juni 2012

Esai


Menikah Itu Dosa


Satu malam hening serta bisikan angin dingin, teman-teman akrab saya bertutur kisah tentang pernikahannya. Katanya, menikah itu pahala, anugerah, dsb. Tak pelak dari mereka menunjukkan suatu raut yang amat bahagia bahkan bangga, bahwa menikah adalah proses pen-dewasa-an diri terhadap lingkungan. Pula, sebaliknya bagi orang yang belum menikah terklasifikasi sebagai “bocah” {batokne pecah (falsafah jawa): pikirannya pecah}.
Berbicara bocah tentu akan menuai bias makna. Kata bocah dianggapnya masih kanak. Di mana pada fase tersebut ia masih belum menemukan jati-dirinya, eksistensialisme. Ia hanya suka bereksplorasi bahkan mengeksploitasi atas diri dan tubuhnya. Ia berani coba-coba terhadap sesuatu yang bahaya pada dirinya karena ia masih belum berpikir jernih. Maka dari itu, di fase tersebut peran orang-tua sangat berarti dalam kehidupannya, sebagai stimulasi atas diri dan kehidupannya.