Menikah Itu Dosa
Satu malam hening serta bisikan angin dingin, teman-teman akrab saya bertutur kisah tentang pernikahannya. Katanya, menikah itu pahala, anugerah, dsb. Tak pelak dari mereka menunjukkan suatu raut yang amat bahagia bahkan bangga, bahwa menikah adalah proses pen-dewasa-an diri terhadap lingkungan. Pula, sebaliknya bagi orang yang belum menikah terklasifikasi sebagai “bocah” {batokne pecah (falsafah jawa): pikirannya pecah}.
Berbicara
bocah tentu akan menuai bias makna. Kata bocah dianggapnya masih kanak.
Di mana pada fase tersebut ia masih belum menemukan jati-dirinya,
eksistensialisme. Ia hanya suka bereksplorasi bahkan mengeksploitasi
atas diri dan tubuhnya. Ia berani coba-coba terhadap sesuatu yang bahaya
pada dirinya karena ia masih belum berpikir jernih. Maka dari itu, di
fase tersebut peran orang-tua sangat berarti dalam kehidupannya, sebagai
stimulasi atas diri dan kehidupannya.