Selasa, 12 Agustus 2008

Mantra Hidup (1)

Ketika kita berangkat tidur, sering akal pikiran kita berkeliaran, menuju alam—tak tahu namanya—yang penuh kebahagiaan yang terseret dalam pencapaian cita-cita yang kita impikan. Entah itu berupa klise sebuah kenangan ,impian, kerinduan bahkan duka yang selalu menjelma hantu.

Tentunya, saya dan anda mengalami hal tersebut…

Lantas, apa fungsi akal pikiran kita yang sering berkeliaran—entah menuju sebuah pencerahan atau pun kegelapan—dapat membantu dalam pengembangan psikis-diri, demi meraih impian yang cerah, esok hari. Bolehlah anda menilainya dengan akal sehat dan lempengan nurani yang selalu mematri, amat terang, pada raga-jiwa kita…

***

Mungkin selama ini kita tidak menyadari makna akal pikiran yangs sering berkeliaran adalah suatu yang bisa dibilang: “hanyalah membuang waktu.” Tapi bagi saya TIDAK. Hal tersebut merupakan biasan dari jiwa manusia yang ingin melakuakan sebuah perubahan dalam hidup. Mungkin kita sering terbayang—dalam benak—punya mobil mewah, uang ruah, serta pasangan hidup yang begitu wuah (cantik+setia) meskipun belum terealisasikan dalam hidup. Tak pelak sebagian orang asyik merebahkan tubuhnya di atas kasur untuk menggerakkan imajinasinya sebagai pemuas diri walaupun kenyataan itu masih sangat jauh. Tapi masih menjadi pemandu untuk selalu semangat dalam menempuh hidup… Sebab sang Tuhan mencipta sebuah akal bagi manusia untuk mengajak selalu berpikir tentang fenomena yang terjadi.

Di saat fenomena-fenomena yang terjadi sekeliling anda menerjang terus menerus, pelbagai perasaan akan sering mewarnai setiap insan. Entah itu ria atau duka. Tergantung pada manusianya. Apabila manusia itu siap dan memiliki hati-akal pikiran yang kokoh bagai akar beringin yang berpilih pada perut bumi, maka pencerahan dalam hidup akan tiba membawa pesan kebahagiaan. Misalnya; Muhammad, Yesus, Sidharta, tegar dan kokoh terserang fenomena-fenomena—yang amat kejam—hidup demi mencapai sebuah penghargaan istimewa di sisi Tuhannya. Lalu bagaimanakah dengan saya, engkau, dan kita semua. Bisakah kita tegar dalam menapaki hidup yang cukup susah, kian hari, bahkan mampet. Di tambah lagi harga BBM yang naik, sepekan lalu, sering menjadi fenomena yang amat menakutkan bagi setiap diri. Tak Dan tak perlu khawatir dengan kenaikan BBM itu (yang menjadi salah satu fenomena yang vitalis bagi kita), yang terpenting sampai dimanakah hati-akal pikran menangkap, mengevaluasi, serta bertindak (gigih) mengarungi hidup tanpa harus kesal-gusar terhadap kepuitusan pemerintah bahkan putus asa dan mengakhiri hidup. <kunjungi www.kayamuda.uni.cc> Belum lagi fenomena keyakinan (krisis) menjadi sebuah celurit untuk menghantam satu sama lain agar keyakinannya tidak diinjak-injak atau komunitas keyakinannya menjadi minim…dsb.

Untuk meminimalis fenomena-fenomena yang menyebabkan hati kita ciut, tak ada salahnya rohani kita diisi dengan pelbagai macam suplemen hidup; berdo’a dan bekerja. Sebab do’a adalah persembahan manusia untuk sang pencipta sedangkan bekerja (yang sifatnya baik-halal-legal) merupakan amanat dari-Nya demi menjaga sebuah peradaban manusia di dunia yang beresensikan; damai-sejahtera. ***

3 komentar: