Rabu, 06 Mei 2009

Sajak


DINDA, TOPENG HITAM YANG KAU SULAM PADA SELIMUT INI MENJELMA HANTU. MATAKU SERASA KELELAWAR, APALAGI HATI SEPERTI ANAK PIPIT DI SARANG SENDIRI.


dinda, telah enam bulan kau tinggalkan karya hitam yang begitu cekat dalam kamar tidur kita—yang sering menghelatkan irama cinta antara ada dan tiada. pula selalu mengundang kunang-kunang muram menatap malam hingga arwah-arwah jengah kentayangan. tak luput, katak-katak penuh diam-dendam.

(apa mungkin dinda berharap topeng abu-abu?)

dinda, kini aku masih miris menatapnya, serasa mata sapi di rumah jagal. andainya saja engkau tahu rasa menjerat, mungkin engkau akan mencungkil matamu lalu menggantikan milikku. serasa hasrat ibu pada orok bayi. namun semua masih menjadi misteri malaikat-malaikat merahmu; yang menjaga sulaman topeng hitam.

4 komentar:

  1. kenapa tak kau sibak saja topeng yang acapkali membingungkan setiap ramalmu..
    hehe..merdeka

    BalasHapus
  2. terima kasih sobat, atas sarannya. tapi hal itu kuangggap teori dinamisme

    BalasHapus
  3. sudah sering kali kubilang bertopeng lebih enak hahaha

    BalasHapus
  4. saudaraku, bertopeng berarti tak mengenali eksistensialis diri kita. pula, bertopeng menunjukkan kepalsuan diri... tolong dipikir lagi ya nduk..!!

    BalasHapus